ANTUSIASME
PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS MATERI TELLING THE TIME DENGAN
MODEL PROBLEM BASED LEARNING
Laporan Best Practice
Diajukan Sebagai
Salah Satu Syarat Dalam Kegiatan Pendidikan Profesi Guru Kategori I Pendidikan
Bahasa Inggris di LPTK Universitas Pakuan Bogor Tahun 2022
Oleh
Deni Herawan
No.UKG. 201501026523
NPM. 039222327
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
LPTK UNIVERSITAS
PAKUAN BOGOR
2022
ABSTRAK
Laporan best
practice ini berjudul, “Antusiasme Peserta Didik Pada Pembelajaran Bahasa
Inggris Materi Telling the Time Dengan Model Problem Based Learning’’. Best
practice ini dilatarbelakangi kurangnya kemmapuan guru dalam penguasaan
model-model pembelajaran sehingga menyebabkan kurangnya antusias peserta didik
dalam menngikuti pembelajaran bahasa inggris. Best practice ini dilaksanakan di
SMP PGRI 231 Cipatat Kabupaten Bandung Barat pada siswa kelas VII dengan jumlah
siswa sebanyak 24 orang dengan tujuan mengetahui antusiasme peserta didik dalam
pembelajaran bahasa inggris dengan model problem based learning. Laporan best
practice ini disajikan menggunakan metoded deskriptif kualitatif dimana data
yang disajikan merupakan hasil observasi berpa analisa video proses
pembelajaran dengan model problem based learning tersebut. Dari hasil observasi
dan analisa video disimpulkan bahwa peserta didik antusias dalam mengikuti
pembeajaran bahasa inggris pada materi telling the time dengan model problem
based learning, ini dibuktikan dengan terpenuhinya semua indikator antusiasme
dalam proses pembelajaran tersebut.
Kata kunci: best practice, antusiasme, problem based learning
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Masalah
Kegiatan belajar
mengajar merupakan sebuah rangkaian aktifitas dimana adanya interaksi positif
antara guru dan peserta didik dimana terjadi komunikasi dua arah antara guru
dan siswa. Untuk itu, peran guru dalam hal ini menjadi sesuatu yang sangat
krusial dalam proses pembelajaran. Dimana guru dituntut memiliki berbagai
kompetensi terkait profesinya, yang salah satunya adalah kompetensi pedagogik.
Karolina YK Kiriwaib (2016:11), menjelasksan bahwa kompetensi pedagogik yaitu kemampuan sebagai guru dalam menguasai
bahan ajar, mampu mempersiapkan materi dengan baik, dapat menggunakan media
pembelajaran dengan kreatif dan inovatif. Kondisi tersebut
setidaknya merupakan kondisi ideal dimana guru yang memiliki kemampuan pedagogi
yang mumpuni dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.
Namun
pada kenyataannya, masih banyak guru yang minim keratifitas dan inovasi,
cenderung monoton saat mengajar, pembelajaran berpusat pada guru sementara
siswa hanya berupa pendengar semata yang lebih dikenal dengan pembelajaran
klasikal. Nurdiansyah (2019:139) menjelaskan bahwa proses
pembelajaran klasikal yaitu peserta didik hanya
diberikan informasi dari guru saja, tidak membuat pelajaran lebih
baik dan kreatif.
Menurut Dajamaludin dan Wardana (2021: 31),
model pembelajaran merupakan suatu rencana
mengajar yang memperhatikan pola pembelajaran tertentu. Sementara Handayani (2020: 19-20),
menjelaskan bahwa model pembelajaran diartikan
sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar (Budianto,
2016:10). Model pembelajaran merupakan bagian dari
struktur pembelajaran yang memiliki cakupan yang luas. Di
dalamnya terdapat pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran.
Salah satu aspek penting dari sebuah model pembelajaran adalah sintaks (syntax),
yang merupakan langkah-langkah baku yang harus ditempuh dalam implementasi model
tersebut (Hayati, 2017:6).
Berangkat dari definisi model pembelajaran diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran tersebut merupakan serangkaian
langkah-langkah baku yang harus diketahui, dipahami, dan dijalankan sebagaimana
urutannya.
Ketika
seorang pendidik kurang memahami langkah-langkah dalam model pembelajaran, maka
guru cenderung melakukan hal yang sama dalam proses mengajarnya, hal ini
tergambar di lingkungan tempat penulis bekerja dimana guru masuk kelas, meminta
siswa mencatat, berceramah dan model-model klasikal. Hal-hal tersebut
mengakibatkan antusiasme belajar peserta didik terhadap bahasa inggris menjadi
kurang baik yang pada akhirnya mereka mengalami kesulitan dalam memahami materi
bahasa Inggris itu sendiri sehingga hasil belajar merekapun tidak sesuai
harapan. Utari
(2021:2) mengetakan jika guru kurang kreativitas
dalam mengembangkan minat belajar pada siswa maka masalah yang dihadapi siswa salah satunya adalah kurangnya
kemauan siswa untuk belajar dan
siswa cenderung merasa bosan akan pembelajaran yang diberikan guru karena penyampaian materi tersebut tidak
menarik dimata siswa.
Kondisi kondisi tergambar dari peolehan nilai rata-rata mereka dalam Penilaian Tengah Semester Ganjil, Penilaian Akhir Semester, Penilaian Tengah Semester Genap, dan Penilaian akhir Tahun pada gambar dibawah ini.
File lengkap bisa di download pada link beikut ini: https://drive.google.com/file/d/1gspKVg7AYveip_LApp6BMprZKzQntkUZ/view?usp=sharing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar