Rabu, 28 September 2022

BEST PRACTICE: ANTUSIASME PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS MATERI TELLING THE TIME DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

 

ANTUSIASME PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS MATERI TELLING THE TIME DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

 

Laporan Best Practice

 

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Kegiatan Pendidikan Profesi Guru Kategori I Pendidikan Bahasa Inggris di LPTK Universitas Pakuan Bogor Tahun 2022

 

 

 

Oleh

Deni Herawan

No.UKG. 201501026523

NPM. 039222327

 

 

 

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

LPTK UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

2022




ABSTRAK

Laporan best practice ini berjudul, “Antusiasme Peserta Didik Pada Pembelajaran Bahasa Inggris Materi Telling the Time Dengan Model Problem Based Learning’’. Best practice ini dilatarbelakangi kurangnya kemmapuan guru dalam penguasaan model-model pembelajaran sehingga menyebabkan kurangnya antusias peserta didik dalam menngikuti pembelajaran bahasa inggris. Best practice ini dilaksanakan di SMP PGRI 231 Cipatat Kabupaten Bandung Barat pada siswa kelas VII dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang dengan tujuan mengetahui antusiasme peserta didik dalam pembelajaran bahasa inggris dengan model problem based learning. Laporan best practice ini disajikan menggunakan metoded deskriptif kualitatif dimana data yang disajikan merupakan hasil observasi berpa analisa video proses pembelajaran dengan model problem based learning tersebut. Dari hasil observasi dan analisa video disimpulkan bahwa peserta didik antusias dalam mengikuti pembeajaran bahasa inggris pada materi telling the time dengan model problem based learning, ini dibuktikan dengan terpenuhinya semua indikator antusiasme dalam proses pembelajaran tersebut.

 

Kata kunci: best practice, antusiasme, problem based learning

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1.            Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar mengajar merupakan sebuah rangkaian aktifitas dimana adanya interaksi positif antara guru dan peserta didik dimana terjadi komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Untuk itu, peran guru dalam hal ini menjadi sesuatu yang sangat krusial dalam proses pembelajaran. Dimana guru dituntut memiliki berbagai kompetensi terkait profesinya, yang salah satunya adalah kompetensi pedagogik. Karolina YK Kiriwaib (2016:11), menjelasksan bahwa kompetensi pedagogik yaitu kemampuan sebagai guru dalam menguasai bahan ajar, mampu mempersiapkan materi dengan baik, dapat menggunakan media pembelajaran dengan kreatif dan inovatif. Kondisi tersebut setidaknya merupakan kondisi ideal dimana guru yang memiliki kemampuan pedagogi yang mumpuni dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.

Namun pada kenyataannya, masih banyak guru yang minim keratifitas dan inovasi, cenderung monoton saat mengajar, pembelajaran berpusat pada guru sementara siswa hanya berupa pendengar semata yang lebih dikenal dengan pembelajaran klasikal. Nurdiansyah (2019:139) menjelaskan bahwa proses pembelajaran klasikal yaitu peserta didik hanya diberikan informasi dari guru saja, tidak membuat pelajaran lebih baik dan kreatif.

 

Menurut Dajamaludin dan Wardana (2021: 31), model pembelajaran merupakan suatu rencana mengajar yang memperhatikan pola pembelajaran tertentu. Sementara Handayani (2020: 19-20), menjelaskan bahwa model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar (Budianto, 2016:10).  Model pembelajaran merupakan bagian dari struktur pembelajaran yang memiliki cakupan yang luas. Di dalamnya terdapat pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran. Salah satu aspek penting dari sebuah model pembelajaran adalah sintaks (syntax), yang merupakan langkah-langkah baku yang harus ditempuh dalam implementasi model tersebut (Hayati, 2017:6).

Berangkat dari definisi model pembelajaran diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tersebut merupakan serangkaian langkah-langkah baku yang harus diketahui, dipahami, dan dijalankan sebagaimana urutannya.

Ketika seorang pendidik kurang memahami langkah-langkah dalam model pembelajaran, maka guru cenderung melakukan hal yang sama dalam proses mengajarnya, hal ini tergambar di lingkungan tempat penulis bekerja dimana guru masuk kelas, meminta siswa mencatat, berceramah dan model-model klasikal. Hal-hal tersebut mengakibatkan antusiasme belajar peserta didik terhadap bahasa inggris menjadi kurang baik yang pada akhirnya mereka mengalami kesulitan dalam memahami materi bahasa Inggris itu sendiri sehingga hasil belajar merekapun tidak sesuai harapan. Utari (2021:2) mengetakan jika guru kurang kreativitas dalam mengembangkan minat belajar pada siswa maka masalah yang dihadapi siswa salah satunya adalah kurangnya kemauan siswa untuk belajar dan siswa cenderung merasa bosan akan pembelajaran yang diberikan guru karena penyampaian materi tersebut tidak menarik dimata siswa.

Kondisi kondisi tergambar dari peolehan nilai rata-rata mereka dalam Penilaian Tengah Semester Ganjil, Penilaian Akhir Semester, Penilaian Tengah Semester Genap, dan Penilaian akhir Tahun pada gambar dibawah ini.


File lengkap bisa di download pada link beikut ini: https://drive.google.com/file/d/1gspKVg7AYveip_LApp6BMprZKzQntkUZ/view?usp=sharing